Pages

Kamis, 16 September 2010

Penyakit Diare

Pengertian Diare
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja , yang melembek sampai mencair, dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya. (lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari) (Myrnawarti, 2000).
Diare merupakan buang air besar (defikasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defikasi yang meningkat. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan pengertian WHO (1980) yang menyatakan diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (Makmur, 2001).
Diare dapat pula diartikan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal yang ditandai dengan seringnya kehilangan cairan dan faeces yang tidak berbentuk (Nurdin, 2005).
Jenis Diare
Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat berat, penyebabnya sebagai berikut: (WHO, 1998).
- Gangguan jasad renik/ bakteri yang masuk dalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung
- Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus
- Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
- Kelebihan cairan usus akibat racun Diare Kronis Menahun / Persisten
Pada diare kronis kejadiannya lebih kompleks, berikut beberapa faktor yang menimbulkannya terutama sering belang pada anak meliputi:
- Gangguan bakteri, jamur dan parasit
- Malabsorbsi kalori
- Malabsorbsi lemak
Penyebab Terjadinya Diare
Diare dapat terjadi oleh beberapa faktor, antara lain: (Depkes RI, 2004)
Faktor infeksi (Malabsorbsi)
  1. Infeksi eksternal
Infeksi eksternal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi eksternal ini meliputi infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. Infeksi virus: Enteroovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain. Dan infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyusris, Strongloides), Protozoa (Entamoeba, Hisyolytica, Giardia, Trichomonas, Huminis), jamur (Candida albicans).
  1. Infeksi Parenteral
Yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkpneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak dibawah 2 tahun.
Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (inteleransi glukosa, fruktosa dan sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan malabsorbsi protein.
Selain kuman sendiri yang menyebabkan kerusakan, racun sebagai produksi kuman tersebut juga dapat mengganggu transportasi cairan dan elektrolit sehingga juga menyebabkan cairan menjadi encer. Selain karena kuman yang terdapat pada makanan dan minuman tersebut sendiri dapat menyebabkan diare dimana makanan dan minuman tersebut dapat mengganggu penyerapannya, keadaan ini disebut dengan malabsorbsi. Hal ini terjadi bila kita mengkonsumsi makanan dan minuman yang bermacam-macam dalam waktu yang bersamaan terutama makanan yang berlemak, terlalu manis dan makanan bersoda (Fahrial, 2006).
Faktor Makanan
Makan-makanan yang basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
Faktor Psikologis
Adanya rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
Faktor Sosial Ekonomi
Yakni menipisnya perekonomian seseorang menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang sarana sanitasi yang baik sehingga mudah terserang berbagai penyakit.
Hal ini diperkuat oleh Fahrial (2006), bahwa penyebab tersering diare adalah karena adanya infeksi baik oleh virus, bakteri maupun parasit. Kuman dapat menempel pada dinding usus dan menyebabkan kerusakan dari dinding usus dan dikeluarkan cairan dan lendir pada usus yang terkena infeksi tersebut. Pada keadaan tertentu, infeksi akibat kuman-kuman ini juga dapat menyebabkan pendarahan. Orang yang mengalami diare merasakan selain BAB encer juga didapat ada darah pada kotorannya.
Depkes (2004), menjelaskan bahwa diare dapat disebabkan oleh beberapa hal yakni pertama karena peradangan usus, misalnya kolera, disentri, bakteri-bakteri virus dan sebagainya. Kedua kekurangan gizi, misalnya kelaparan, kekurangan zat putih telur. Ketiga adalah keracunan makanan dan selanjutnya adalah tidak tahan terhadap makanan tertentu (intoleransi), misalnya sianak tidak tahan minum susu yang mengandung banyak lemak atau laktosa.
By : Fadli Syahputra, SKM

Bahaya Narkoba

Bahaya Yang Ditimbulkan Akibat Pemakaian Narkoba
Menurut Harawi (2000), bahaya yang ditimbulkan akibat permainan narkoba adalah:
1. Intosikasi
Keadaan keracunan zat atau obat bisa oleh overdosis atau usaha bunuh diri yang akan menimbulkan gangguan mental organic selanjutnya ancaman kematian.
2. Sindroma putus zat
Keadaan kraring atau sakaw atau sugesti (kecanduan ingin mendapatkan obat untuk mengatasi keadaan kegelisahan fisik dan psokologik).
3. Euferia dan kewaspadaan berlabihan dapat menjadi kecelakaan, perkelahian, kriminalitas dan gangguan ketertiban masyarakat.
4. Komplikasi fisik
a. Opium : Obstifasi kronis, impoten dan gangguan menstruasi.
b. Ganja : Pemakaian lama menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, ganja juga memperburuk aliran darah koroner.
c. Kokain : perforasi septum nasal, anemia, malnutrisi, aritmia cordial.
d. Antefetamin : Pendarahan infracranial aritmea, malnutrisi dan anemia.
e. Alkohol : Kanker saluran cerna, gastritis, perlemahan hati, gangguan metabolisme lemak, karbihidrat protein, cacat janin dan serosis hepatis.
f. Ekstasi : Gemetar (tremor), depresi berat yang mengakibatkan muncul fikiran bunuh diri dan kematian sia-sia, halusinasi.

5. Komplikasi sosial
Pada pemakai biasa mengalami kemunduran prestasi belajar atau bekerja, mungkin berhenti sekolah atau bekerja, kesulitan ekonomi dan vinansial, timbulnya krisi rumah tangga.
Seiring terjadinya kekerasan disebabkan karena mengganggu tanpa pekerjaan tetap, demi untuk kelangsungan hidup dan memenuhi kebiasaan mengkonsumsi narkoba, maka terpaksa melakukan pencuria, perkelahian, pelacuran atau perbuatan kriminal lainnya.

Jumat, 23 Juli 2010

Peranan Perawat


Menurut Gaffar (1999), peran perawat dibagi empat, yaitu:
a. Peran pelaksana, peran ini dikenal dengan istilah care giver, peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Metode yang digunakan adalah pendekatan pemecahan yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai :
1) Comforter, perawat berusaha memberikan kenyamanan dan rasa aman pada klien.
2) Protektor dan Advokat, lebih terfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
3) Communicator, ini akan nampak bila perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan erat dengan keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam.
4) Rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.

b. Peran sebagai pendidik, sebagai pendidik atau hal edukator, perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada dibawah tanggung jawabnya, peran ini berupa penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat).

c. Peran sebagai pengelola, perawat mempunyai peran dan tanggug jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/pelayanan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.

d. Peran sebagai peneliti, sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengindentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian. Serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.

Penilaian Status Gizi Balita

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.
1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi dalam penilaian ini menggunakan penilaian Antopometri.
- Pengertian Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
- Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
- Indeks Antropometri
a. Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.
Dari berbagai jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikan dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit.
d. Persen Terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50.
Rumus persen terhadap median :
nilai median baku rujukan
% Median = X100%
nilai individu subjek
e. Persentil
Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median, akhirnya memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya.
National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
f. Standar Deviasi Unit (SD)
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
Rumus perhitungan Z skor adalah :


nilai individu subjek - nilai median baku rujukan
Z Skor =
nilai simpang baku rujukan


TABEL KLASIFIKASI STATUS GIZI ANAK (BALITA)

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS
Berat badan menurut umur
(BB/U) Gizi lebih >+ 2 Standar Deviasi (SD)
Gizi baik - 2 SD Sampai + 2 SD
Gizi kurang < -2 SD Sampai -3 SD
Gizi buruk < -3 SD
Tinggi badan menurut umur
(TB/U) Normal -2 SD

Pendek (Stunted) < -2 SD
Berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) Gemuk > + 2 SD
Normal + 2 SD Sampai - 2 SD
Kurus (Wasted) < -2 SD Sampai -3 SD
Kurus sekali < -3 SD
Sumber : Keputusan Menkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2002

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
a) Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Metode survei konsumsi makanan untuk individu antara lain : (Supariasa, 2002).
a) Metode recall 24 jam
b) Metode esthimated food record
c) Metode penimbangan makanan (food weighting)
d) Metode dietary history
e) Metode frekuensi makanan (food frequency).
b) Statistik vital
Pengukuran gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian sebagai akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c) Faktor ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Minggu, 11 Juli 2010



Bahaya Yang Ditimbulkan Akibat Pemakaian Narkoba

1. Intosikasi
Keadaan keracunan zat atau obat bisa oleh overdosis atau usaha bunuh diri yang
akan menimbulkan gangguan mental organic selanjutnya ancaman kematian.
2. Sindroma putus zat
Keadaan kraring atau sakaw atau sugesti (kecanduan ingin mendapatkan obat untuk
mengatasi keadaan kegelisahan fisik dan psokologik).
3. Euferia dan kewaspadaan berlabihan dapat menjadi kecelakaan, perkelahian,
kriminalitas dan gangguan ketertiban masyarakat.
4. Komplikasi fisik
a. Opium : Obstifasi kronis, impoten dan gangguan menstruasi.
b. Ganja : Pemakaian lama menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
terserang infeksi, ganja juga memperburuk aliran darah koroner.
c. Kokain : perforasi septum nasal, anemia, malnutrisi, aritmia
cordial.
d. Antefetamin : Pendarahan infracranial aritmea, malnutrisi dan anemia.
e. Alkohol : Kanker saluran cerna, gastritis, perlemahan hati, gangguan
metabolisme lemak, karbihidrat protein, cacat janin dan serosis
hepatis.
f. Ekstasi : Gemetar (tremor), depresi berat yang mengakibatkan
muncul fikiran bunuh diri dan kematian sia-sia, halusinasi.
5. Komplikasi sosial
Pada pemakai biasa mengalami kemunduran prestasi belajar atau bekerja, mungkin
berhenti sekolah atau bekerja, kesulitan ekonomi dan vinansial, timbulnya krisi
rumah tangga.
Seiring terjadinya kekerasan disebabkan karena mengganggu tanpa pekerjaan tetap,
demi untuk kelangsungan hidup dan memenuhi kebiasaan mengkonsumsi narkoba, maka
terpaksa melakukan pencuria, perkelahian, pelacuran atau perbuatan kriminal
lainnya.

Kamis, 08 Juli 2010

Pengobatan Malaria

Ada beberapa cara dan jenis pengobatan penderita malaria yang meliputi : (Depkes RI, 1999).

- Pengobatan malaria klinis

Pengobatan yang diberikan berdasarkan gejala klinis malaria dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan tersebut.

- Pengobatan radikal

Pengobatan yang diberikan kepada seseorang dengan pemeriksaan laboratorium positif malaria. Pengobtan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kambuh/relapse.

- Pengobatan Masal

Pemberian pengobatan malaria klinis kepada semua penduduk (>80% penduduk) di daerah KLB, sebagai bagian dari upaya penanggulangan KLB malaria.

- Pengobatan kepada penderita malaria

Pengobatan dilakukan untuk mencegah KLB dan melanjutkan penanggulangan KLB, yaitu diulang setiap 2 minggu setelah pengobatan MDA sampai penyemprotan selesai.

Obat-obat penyakit malaria yang ideal diberikan harus memnuhi syarat-syarat sebagai berikut: (Depkes RI, 1999).

  1. Harus mempunyai efek terhadap semua jenis dan setiap parasit.
  2. Menyembuhkan infeksi akut maupun laten.
  3. Cara pemakaiannya mudah.
  4. Harganya mudah terjangkau seluruh lapisan penduduk dan mudah diperoleh.
  5. Efek samping ringan dan toksisitas rendah.

Hingga saat ini belum ada obat tunggal yang dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas. Belum ada obat yang dapat membunuh semua jenis parasit pada semua stasium pertumbuhannya. Untuk itu digunakan kombinasi beberapa obat dengan konsekuensi pemakaian menjadi lebih lama, harganya lebih mahal dan toksisitasnya meningkat.

Senin, 05 Juli 2010

Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelaksanaanya berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual
yang konprehensif. Ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Keperawatan merupakan suatu ilmu dan seni yang berkaitan dengan pasien seutuhnya, meliputi: kesehatan fisik, mental dan spiritual (Iqbal & Chayatin, 2009).

Peran Perawat Kesehatan Masyarakat
1.Peran sebagai individu atau keluarga meliputi: peran sebagai pelaksana kesehatan, pendidik,
administrasi, konseling dan peneliti.
2.Peran sebagai manajerial
Memiliki peran sebagai manajer yang meliputi:
-Pengambilan keputusan
-Pemikul tanggung jawab
-Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan
-Pemikir konseptual
-Bekerja sama dengan dan melalui orang lain
-Mediator, politikus dan diplomat
3.Sebagai konsultasi
4.Perawat kesehatan masyarakat sekolah
5.Peran dalam bidang kesehatan kerja
6.Perawatan kesehatan dirumah (hospital care)